PENGGALANG
I.
PENDAHULUAN
Penggalang adalah anggota muda Gerakan Pramuka yang berusia 11 – 15 tahun.
Pada usia tersebut anak-anak memiliki sifat keingintahuan (curiosity) yang
tinggi, semangat yang kuat, sangat aktif, dan suka berkelompok.
Formasi barisan pada upacara pembukaan dan penutupan latihan
penggalang adalah berupa “angkare”, di mana Pembina berdiri di depan pasukan di
bagian tengah di sebelah kiri bendera (tiang bendera berada di kanan Pembina).
Hal ini member makna bahwa di dalam penggalang, porsi terbesar adalah “ing
madya mangun karsa”, atau di tengah-tengah menggerakkan, sedangkan porsi “ing
ngarsa sung tulada dan tut wuri handayani porsinya lebih kecil. Simbol
bentuk upacara ini juga mengkiaskan bahwa penggalang mulai diperkenankan melihat
dunia luar melalui cerminan kepribadian Pembina-nya.
II.
MATERI POKOK
1.
Regu
Satuan terkecil
penggalang yang terdiri dari 6 sampai dengan 9 orang disebut regu. Kata “Regu”
berarti gardu atau pangkalan untuk meronda. Tiap regu memiliki pemimpin regu
dan wakil pemimpin regu yang dipilih dari salah seorang anggota regunya
berdasarkan musyawarah regu.
a. Nama dan bendera regu. Setiap regu memiliki nama regu yang merupakan
simbol kebanggaan regu. Nama regu dipilih dan diambil dari cerminan sifat-sifat
baik yang menonjol yang akan ditiru oleh anggota regu tersebut.
Penggalang putra menggunakan lambang binatang sebagai nama regu, yang
dicantumkan dalam bendera regunya, sedangkan penggalang putri menggunakan
simbol bunga sebagai nama regunya. Nama regu tersebut dilukiskan dalam bendera
regu. Bendera regu merupakan kebanggaan regu, yang senantiasa dibawa dalam
setiap kegiatan penggalang.
b. Panggilan regu. Tiap regu memiliki kode panggilannya sendiri. Untuk regu
putera biasanya menggunakan panggilan suara binatang, apabila pemimpin regu
atau salah seorang dari mereka akan memanggil anggota regunya. Untuk regu
puteri biasanya menggunakan suara peluit, atau teriakan nama regunya. Misalkan
jumlah anggotanya ada 9 orang, tiap orang memiliki nomor regu. Pemimpin regu
biasanya nomor 1, wakil pemimpin regu biasanya nomor 2. Selanjutnya nomor 3, 4,
dan seterusnya adalah nomor anggota regunya. Andaikata Pemimpin regu Mawar
akan memanggil “si Ani” yang memiliki nomor 7, maka pemimpin regu akan
memanggil “Mawar 7……, kemari”. Demikian juga pada regu Singa putra, misalnya
akan memanggil anggotanya yang bernama “Bambang” kebetulan ia anggota regu
nomor 9, maka ia akan mengaum…, dan meneriakkan nomor 9. Panggilan bagi
tiap-tiap anggota regu adalah sesuatu yang unik, dan pada dasarnya adalah
merupakan kesepakatan anggota regunya.
c. Perlengkapan. Setiap anggota regu penggalang harus memiliki tali berukuran
10 meter, dan tongkat penggalang berukuran 160 cm. Ponco (jas hujan), velples
(tempat air minum), kompas, pisau digunakan biasanya kalau ada kegiatan keluar.
Adapun perlengkapan regu penggalang adalah tenda dan perlengkapan perkemahan
lainnya.
d. Pembina regu. Setiap regu penggalang idealnya harus memiliki Pembina regu.
Sesuai dengan metode satuan terpisah, maka Pembina regu putra harus seorang
pria, dan Pembina regu puteri harus seorang wanita. Hubungan antara Pembina
regu dengan anggota regu seperti hubungan antara kakak dan adik. Pembina regu
yang baik akan menjadi “icon” bagi regunya.
2.
Pasukan Penggalang.
Dua sampai empat atau lima regu menjadi satu pasukan penggalang. Di dalam
setiap pasukan dipimpin oleh seorang Pratama dan Wakil Pratama atas dasar
musyawarah pasukan.
a.
Nama pasukan. Arti kata
“pasukan” berasal dari kata pa sukuan yakni tempast para suku-suku berkumpul.
Nama pasukan penggalang biasanya mengambil nama-nama senjata, misalnya “Pasukan
Pasopati”; “Pasukan Trisula Pamungkas”, Pasukan Cakra Baskara”, “pasukan Roda
Dedali”, “Pasukan Mandau Sakti”, dsb. Bisa juga mengambil nama-nama mitos
seperti “Pasukan Rara Jonggrang”; “Pasukan Dewi Bulan”; “Pasukan Lembu
Sekilan”, dsb. Bisa juga diambilkan nama-nama pahlawan seperti pada ambalan
penegak. Pada hakekatnya nama pasukan adalah simbol kebanggaan seluruh anggota
pasukan, yang dihasilkan dari musyawarah pasukan.
b.
Panggilan Pasukan. Pada
umumnya panggilan pasukan berupa tiupan peluit pendek 8 kali dan tiupan peluit
panjang satu kali. Seperti kode morse berikut ini: …….. – . Namun demikian
panggilan pasukan boleh saja dengan menyebutkan nama pasukannya, misalnya “Trisula
pamungkas…..kumpul”. Demikian pula dalam aba-aba baris-berbaris, biasanya pada
pasukan penggalang bila akan menyiapkan barisannya tidak menyebutkan
“Pasukan…..Siaap…..Geraak”; tetapi menyebutkan “Trisula
Pamungkas…..Siaap…..Geraaak”, dan seterusnya. Namun demikian panggilan pasukan
dan aba-aba khusus biasanya menurut kesepakatan pasukan dan Pembina pasukannya.
c.
Perlengkapan pasukan. Pasukan
yang ideal memiliki markas pasukan, yakni tempat di mana pasukan itu berkumpul.
Pengalaman penulis sebagai Pembina penggalang markas pasukannya adalah di rumah
saya. Selain markas, setiap pasukan harus memiliki bendera Merah Putih, bendera
Pramuka, tiang bendera, peralatan perkemahan, sebagaimana halnya peralatan
gugusdepan.
d.
Pembina pasukan. Sesuai
dengan metode satuan terpisah, maka Pembina pasukan putra harus seorang pria,
dan Pembina pasukan puteri harus seorang wanita. Hubungan antara Pembina
Pasukan dengan anggota pasukan penggalang seperti hubungan antara kakak dan
adik; sedangkan hubungan Pembina Pasukan dengan Pembina regu sama seperti
hubungan pada anggota dewasa Gerakan Pramuka lainnya yakni hubungan
persaudaraan atau kekerabatan, bukan seperti hubungan antara atasan dan
bawahan.
3.
Dewan Penggalang (Dewan Satuan Penggalang)
Dewan Pasukan Penggalang/ Dewan Penggalang, terdiri dari :
1) pemimpin regu utama ( PRATAMA ) sebagai ketua.
2) para pemimpin regu, sebagai sekretaris , bendahara, dan
3) para wakil pemimpin regu anggota
4) para Pembina Pramuka Penggalang dan Pembantu Pembina Pramuka Penggalang
bertindak sebagai penasehat, pendorong, pengarah, pembimbing dan mempunyai hak
dalam mengambil keputusan terakhir.
Dewan Satuan bertugas :
a. Menyusun perencanaan, pemrograman, pelaksana program dan mengadakan
penilaian atas pelaksanaan kegiatan.
b. Menjalankan dan mengamalkan semua keputusan dewan.
c. Mengadministrasikan semua kegiatan satuan.
d. Keputusan Dewan dibuat secara demokratis
4.
Dewan Kehormatan Penggalang
Yang dimaksud dengan Dewan Kehormatan ialah dewan yang dibentuk untuk
mendampingi Dewan Satuan dengan tugas :
a. membahas proses pelantikan seorang Penggalang.
b. membahas proses pemilihan dan pelantikan pemimpin satuan.
c. membahas tentang pemberian penghargaan atas prestasi
Penggalang.
d. membahas tentang tindakan atas pelanggaraan Kode Kehormatan
Penggalang.
e. membahas tentang rehabilitasi anggota satuan.
Dewan Kehormatan Penggalang, terdiri atas :
1)
Ketua yang dipegang langsung
oleh Pembina Pramuka Penggalang.
2)
Wakil ketua dipegang oleh
Pembantu Pembina Penggalang.
3)
Sekretaris dipegang oleh salah
seorang pemimpin regu.
4)
Anggota dewan kehormatan
terdiri dari semua Pemimpin regu.
5.
Kegiatan Penggalang
Kegiatan Penggalang adalah kegiatan yang selalu berkarakter, dinamis,
progresif, menantang. Pembina menjadi kunciu pokok di dalam mengemas bahan
latihan ini, kreativitas Pembina sangat diperlukan. Semakin akrab hubungan
antara Pembina dengan Penggalang maka akan semakin tinggi tingkat ketertarikan
Penggalang untuk tetap berlatih.
Pembina tidak perlu khawatir tentang materi apa yang akan dilatihkan karena
pada hakekatnya semua aspek hidup yang normatif dapat dilatihkan kepada
Penggalang. Hanya saja materi itu harus dikemas sehingga memenuhi 4 H
sebagaimana yang dikemukakan oleh Baden Powell yakni: Health, Happiness,
Helpfulness, Handicraft. Yang perlu diutarakan lagi adalah materi latihan
itu datang dari hasil rapat Dewan Penggalang, namun demikian Pembina bisa
menawarkan program-program baru yang menarik, yang belum diketahui oleh Dewan
Penggalang itu sendiri, sehingga menjadi keputusan latihan Dewan Penggalang.
Syarat Kecakapan Umum (SKU), Syarat Pramuka Garuda (SPG) dan Syarat
Kecakapan Khusus (SKK)
SKU dan SPG merupakan standar nilai-nilai dan keterampilan yang
semestinya dicapai oleh seorang Pramuka. Sedangkan SKK adalah standar
kompetensi Pramuka berdasarkan peminatannya, oleh karena itu tidak semua SKK
yang tersedia dianjurkan untuk dicapai.
Hasil pendidikan dan pelatihan Pramuka Penggalang dilihat dari SKU - SPG
yang dicapai dan SKK yang diraih.
SKU Penggalang ada 3 tingkatan, yakni:
·
Penggalang Ramu.
·
Penggalang Rakit.
·
Penggalang Terap.
Setelah menyelesaikan Syarat Kecakapan Umum Penggalang terap maka seorang
Penggalang diperkenankan menempuh Pramuka Garuda (SPG) – yang dalam pramuka
internasional disebut Eagle Scout.
Secara garis besar kegiatan Penggalang dibagi menjadi:
a. Kegiatan Latihan Rutin
1) Mingguan
Kegiatan latihan biasa dimulai dengan:
·
Upacara pembukaan latihan.
·
Pemanasan biasanya dengan permainan ringan atau
ice breaking, atau sesuatu yang sifatnya menggembirakan tetapi tetap mengandung
pendidikan.
·
Latihan inti, bisa diisi dengan hal-hal yang
meliputi penanaman nilai-nilai dan sekaligus keterampilan. Berbagai cara untuk
menyajikan nilai-nilai dan keterampilan yang dilakukan secara langsung atau
dikemas dalam bentuk permainan. (contohnya: Teknik membuat tandu dan
membalut korban; permainan Nusantara-1 ciptaan kak Joko Mursitho yang berisikan
wawasan kebangsaan, dinamika kelompok, dan team building;permainan Sepak Bola
Sampah ciptaan kak Joko yang berisikan kepedulian kebersihan, kerja bakti
tetapi menggembirakan; Membuat Woogle atau cincin setangan leher; dsb.).
·
Latihan penutup, bisa diisi dengan permainan
ringan, menyanyi, atau pembulatan dari materi inti yang telah dilakukan.
·
Upacara penutupan latihan. Di sini jangan lupa
Pembina Upacara menyampaikan rasa terima-kasih dan titip salam pada keluarga
adik-adik Penggalang, serta jangan lupa latihan yang akan datang mengajak teman
yang lain untuk ikut menjadi anggota baru Penggalang.
Catatan:
Di dalam setiap latihan
sebaiknya ada pengujian Syarat Kecakapan Umum dan Syarat kecakapan Khusus yang
bisa dilakukan sewaktu latihan atau di luar latihan. Acara Pelantikan-Pelantikan dapat dilakukan
dalam kegiatan rutin atau eksidental.
2) Bulanan/ dua bulanan / tiga bulanan/ menurut kesepakatan.
Kegiatan ini bisa diselenggarakan atas dasar keputusan Dewan Penggalang dan
Pembinanya, dengan jenis kegiatan yang biasanya berbeda dengan kegiatan rutin
mingguan. Kegiatan rutin dengan interval waktu tersebut biasanya dilakukan ke
luar dari pangkalan gugusdepan; misalnya hiking, rowing, climbing,
mountainering, junggle survival, orientering, swimming, kegiatan-kegiatan
permainan high element, dan low element, praktek pionering yang sebenarnya,
first aids, bakti masyarakat, camping, atau lomba-lomba.
3) Latihan Gabungan (Latgab).
Pada hakekatnya latihan gabungan ini adalah latihan bersama dengan
gugusdepan lain, sehingga terdapat pertukaran pengalaman antara Penggalang
dengan Penggalang, Pembina dengan Pembina. Materi kegiatannya bisa sama dengan
kegiatan Bulanan/ dua bulanan / tiga bulanan/ menurut kesepakatan.
4) Kegiatan Kwartir Cabang, Daerah, dan Nasional
Jenis kegiatan kita
kategorikan dalam kegiatan rutin, karena diselenggarakan tahunan, dua tahunan,
tiga tahunan, empat tahunan, atau lima tahunan yang diputuskan dan
diselenggarakan oleh Kwartirnya. Misalnya kegatan:
a) Gladian Pemimpin Satuan,
b) Gladian Pemimpin Regu,
c) Lomba Tingkat Gudep atau LT I (khusus diselenggarakan oleh Gudep), LT II di
Tingkat Ranting, LT III di tingkat Cabang, LT IV di Tingkat Daerah, dan LT V di
tingkat Nasional.
d) Kemah Bakti Penggalang.
e) Jambore Ranting, Cabang, Daerah, Nasional, Regional (Asia Pacific), dan
Jambore Dunia (World Jambore).
b. Kegiatan Insidental
Kegiatan ini biasanya muncul karena Gerakan Pramuka mengikuti
kegiatan-kegiatan lembaga-lembaga Pemerintah atau lembaga non-pemerintah
lainnya. Misalnya Gerakan Upacara mengikuti “kegiatan penghijauan” yang
dilakukan oleh Departemen Pertanian, Kegiatan Imunisasi, Kegiatan bakti karena
bencana alam, dan sebagainya.
Dengan banyaknya jenis kegiatan maka tidak mungkin seorang Pembina
kekurangan bahan latihan.
III.
PENUTUP
Peserta didik pada proses pendidikan dalam Gerakan Pramuka berperan sebagai
subjek pendidikan, oleh karena itu pendapatnya, keinginannya, harus kita
hargai. Dalam membina Penggalang konsep “Ing Madya Mangun Karsa” porsinya lebih
banyak dibandingkan dengan “Ing Ngarsa Sung Tulada” dan “Tut Wuri
Handayani”.
POTRET KEGIATAN PENGGALANG
No comments:
Post a Comment