menu bar

Saturday, 23 January 2016

ADAT AMBALAN

ADAT AMBALAN
SYEKH SITI JENAR
PANGKALAN MA. NAHDLATUL ULAMA
MASA BAKTI 2014-2016


PEMBUKAAN

Gugus Depan Pramuka Penegak MA. Nahdlatul Ulama dibuat berdasarkan surat keputusan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 214 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Dewan Kerja Pramuka Penegak Dan Pramuka Pandega. Tujuannya antara lain sebagai sebagai wadah pembinaan dan pengembangan kaderisasi kepemimpinan masa depan Gerakan Pramuka serta memberi kesempatan kepada Pramuka Penegak dan Pramuka Penegak untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam pengelolaan organisasi, pengembangan bakat kepemimpinan dalam rangka upaya pengembangan pribadi dan pengabdiannya kepada Gerakan Pramuka, masyarakat, bangsa dan negara. Ambalan Syekh Siti Jenar   lahir dari sebuah komitmen dan kebulatan tekad para pendirinya yang berfungsi sebagai wadah beraktifitas di bidang kepramukaan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan Kepramukaan baik kualitas maupun kuantitas.
Bahwa sesungguhnya Adat Ambalan Syekh Siti Jenar  merupakan suatu tatanan kehidupan organisasi di lingkungan Ambalan sebagai pandangan dan pola gerak anggota dengan menjalankan roda organisasi. Layaknya sebuah organisasi maka Ambalan Syekh Siti Jenar  dituntut untuk melakukan modifikasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pola umum Gerak Pramuka dan kondisi nyata yang dihadapi saat ini. Harapan yang dibangun Ambalan Syekh Siti Jenar  adalah terciptanya insan yang mampu bersaing di tengah era kompetisi global, serta senantiasa secara sukarela mengembangkan Gerakan Pramuka di lingkungannya. Dalam Penentuan tatanan organisasi  yang mantap maka diperlukan suatu format ideal bagi perkembangan Ambalan Syekh Siti Jenar , yang penjabarannya adalah sebagai berikut :

BAB I
PENGERTIAN, MAKSUD, TUJUAN DAN FUNGSI
Pasal 1
Pengertian
1.        Adat Ambalan Syekh Siti Jenar  adalah seperangkat aturan yang merupakan ciri khusus Ambalan sebagai suatu usaha untuk mengatur eksistensinya dalam lingkungan Gugus Depan Pramuka Pangkalan MA. Nahdlatul Ulama.
2.        Adat Ambalan adalah seperangkat aturan yang bersifat khusus guna mengatur tata kehidupan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1.

Pasal 2
Maksud
Maksud Adat Ambalan adalah sebagai kerangka acuan pola dan tingkah laku warga Ambalan dalam menjalani aktifitas di Ambalan serta sebagai acuan sikap di Ambalan.

Pasal 3
Tujuan
Adat Ambalan bertujuan untuk tercapainya kesinambungan kinerja dalam rangka pembinaan dan pengembangan Ambalan.

Pasal 4
Fungsi
Adat Ambalan berfungsi :
1.      Identitas dari Ambalan Syekh Siti Jenar  MA. Nahdlatul Ulama.
2.      Alat untuk mempererat warga Ambalan Syekh Siti Jenar MA. Nahdlatul Ulama dengan dilandasi semangat kekeluargaan yang mengarah kepada pembinaan dan pengembangan Ambalan Syekh Siti Jenar MA. Nahdlatul Ulama.
3.      Alat yang mengatur tata kehidupan warga Ambalan yang bersifat mengikat.
4.      Alat untuk mewujudkan aspirasi anggota Ambalan dalam usaha menggalang persatuan dan yang mengarah pada disiplin dan kepribadian.

BAB II
KELENGKAPAN ADAT
Pasal 5
Nama
Nama Ambalan adalah AMBALAN SYEKH SITI JENAR

Pasal 6
Lambang Ambalan
1.      Lambang Ambalan adalah tanda yang menunjukan keberadaan-keberadaan Penegak yang berpangkalan di MA. Nahdlatul Ulama.
2.      Lambang Ambalan Syekh Siti Jenar  adalah Lambang Bambu yang tertancap di Bumi yang dilingkari dengan gerigi yang diluarnya terdapat dua buah tunas kelapa yang dilindungi oleh sebuah perisai yang besayap.
3.      Bentuk, isi, Warna, dan arti lambang Ambalan terlampir dalam Adat Ambalan.

Pasal 7
Panji Ambalan
1.    Panji Ambalan berbentuk bendera kain satin berumbai kuning dengan simbol Lambang Ambalan dengan warna dasar hijau.
2.    Perbandingan Panji Ambalan adalah 120 X 80 cm.
3.    Panji Ambalan digunakan pada saat upacara resmi Ambalan.
4.    Perbandingan panjang dan lebar panji Ambalan adalah 3 : 2

Pasal 8
Pusaka Ambalan
1.      Pusaka Ambalan adalah simbol kekuatan Ambalan.
2.      Pusaka Ambalan digunakan oleh pemangku adat saat upacara Penerimaan dan Pelepasan tamu Ambalan.
3.      Pusaka Ambalan berupa Bambu Runcing.
4.      Bambu Runcing adalah senjata khas daerah Surabaya yang tumbuh subur dilingkungan Madrasah.

Pasal 9
Sandi Ambalan
1.    Sandi Ambalan adalah Pandangan hidup yang menyangkut prilaku warga Ambalan.
2.    Nama sandi Ambalan adalah “SANDI AMBALAN SYEKH SITI JENAR ”.
3.    Fungsinya adalah sebagai motivator, introspeksi diri dan penyatuan dengan hati nurani.
4.    Sikap dalam membaca sandi Ambalan diatur dalam aturan tambahan.
5.    Sandi Ambalan digunakan pada setiap upacara yang dilakukan oleh Ambalan.
6.    Teks Sandi Ambalan terlampir dalam Adat Ambalan.

Pasal 10
Amsal Ambalan
1.      Amsal adalah moto yang merupakan tuntunan sikap untuk setiap Anggota Ambalan.
2.      Amsal diucapkan bersama-sama pada akhir pembacaan Sandi Ambalan Syekh Siti Jenar .
3.      Kalimat Amsal Ambalan adalah “IKHLAS BHAKTI BINA BANGSA BERBUDI BAWA LAKSANA”.

Pasal 11
Tanda Jabatan
1.    Tanda Jabatan Dewan disesuaikan dengan keputusan Kwarnas.
2.    Selempang digunakan oleh Ketua Ambalan dan Pemangku Adat.
a.       Selempang yang digunakan ketua Ambalan berwarna kuning dengan rumbai-rumbai kuning dengan tulisan ketua Ambalan.
b.      Selempang yang digunakan Pemangku Adat berwarna Biru berumbai kuning dengan tulisan Pemangku Adat.

Pasal 12
Pakaian
1.    Pakaian Ambalan terdiri dari :
a.       Seragam Pramuka.
b.       Pakaian Lapangan.
2.    Pakaian Lapangan berupa kaos Ambalan dan atau Scraf Ambalan.

Pasal 13
Atribut
1.      Atribut Ambalan adalah kelengkapan yang merupakan ciri khas Ambalan.
2.      Apabila menggunakan seragam Pramuka maka atribut yang menunjukan ciri Ambalan terdiri dari: Nomor Gudep dan Lambang Ambalan.
3.      Apabila menggunakan pakaian Lapangan maka atribut yang menunjukan ciri Ambalan adalah kaos Ambalan dan atau Slayer.
4.      Lambang Ambalan dikenakan pada lengan baju sebelah kiri.
5.      Nomor Gudep berbentuk segi empat berukuran 2 X 3.5 cm berwarna dasar putih dengan tulisan merah dikenakan pada lengan baju sebelah kanan diantara pita lokasi Jawa Timur dan badge Daerah Lamongan.
6.      Atribut Ambalan hanya di pakai oleh anggota Ambalan.

BAB III
KEANGGOTAAN

Pasal 14
Warga Ambalan
Warga Ambalan terdiri dari Tamu Ambalan, Calon Anggota, dan Anggota Ambalan yang aktif.

Pasal 15
Tamu Ambalan
1.      Anggota Pramuka yang berasal dari siswa/siswi MA. Nahdlatul Ulama yang mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Ambalan Syekh Siti Jenar dan atau tamu berkunjung secara resmi ke Ambalan Syekh Siti Jenar .
2.      Peserta didik yang berusia Penegak atau siswa MA. Nahdlatul Ulama yang ingin dan siap menjadi anggota Ambalan Syekh Siti Jenar .

Pasal 16
Calon Anggota
Calon Anggota adalah tamu Ambalan yang mengikuti proses keanggotaan di Ambalan Syekh Siti Jenar dan belum dilantik menjadi Penegak.

Pasal 17
Anggota Ambalan
1.      Anggota Ambalan adalah Calon Anggota yang telah memenuhi persyaratan golongan Penegak dan atau masih menjadi Siswa.
2.      Persyaratan Anggota Ambalan terdiri dari :
a.       Tidak merangkap anggota Gudep lain.
b.      Mengikuti Orientasi Tamu Ambalan
c.       Telah mengikuti dan dinyatakan lulus Masa Orientasi Siswa (MOS).
d.      Memenuhi SKU golongan Penegak.
e.       Mengikuti Prosesi Anggota.
f.       Sudah dilantik menjadi Penegak.
3.      Untuk Anggota Ambalan yang telah melewati usia Penegak maka disebut purna Ambalan.

BAB IV
KEPENGURUSAN

Pasal 18
Dewan Ambalan
1.      Dewan Ambalan adalah  Anggota Ambalan yang memenuhi persyaratan Dewan Ambalan dan dilantik menjadi Dewan Ambalan.
2.      Persyaratan Dewan Ambalan :
a.       Anggota Ambalan yang aktif.
b.      Ketua Dewan Ambalan tidak menjabat sebagai ketua pada organisasi lain di lingkungan MA. Nahdlatul Ulamadibuktikan dengan surat pernyataan.
c.       Menyatakan kesediaan secara tertulis dan secara lisan.
d.      Sehat jasmani dan rohani.

Pasal 19
Pemangku Adat
1.      Pemangku Adat adalah orang yang bertanggung jawab pada pelaksana Adat Ambalan yang berkoordinasi dengan Ketua Ambalan yang menyangkut operasional Ambalan.
2.      Persyaratan Pemangku Adat :
a.       Terdaftar aktif sebagai peserta Musyawarah Ambalan II (MUSYAMBAL II)
b.       Anggota Ambalan yang aktif selama minimal 1 tahun
c.       Tidak melanggar Adat
d.       Mencalonkan diri dan atau dicalonkan peserta MUSYAMBAL II
e.       Menyatakan kesediaan secara lisan untuk dicalonkan menjadi Pemangku Adat
f.        Menyampaikan Visi dan Misi di depan peserta MUSYAMBAL II
g.       Terdaftar sebagai Siswa MA. Nahdlatul Ulama

BAB V
UPACARA-UPACARA

Pasal 20
Upacara Adat Ambalan
Upacara –upacara Adat Ambalan terdiri dari :
1.      Upacara Penerimaan dan Pelepasan Tamu Ambalan.
2.      Upacara Prosesi Penegak.
3.      Upacara Pelantikan Penegak.
4.      Upacara Pelantikan Dewan Ambalan.
5.      Upacara Pelepasan Perpisahan Warga Ambalan.
6.      Upacara Pemberian tanda penghargaan
7.      Upacara Pelantikan Anggota.
8.      Upacara Pelepasan dan Penerimaan Delegasi

Pasal 21
Upacara Penerimaan dan Pelepasan Tamu Ambalan
1.      Dilakukan saat akan melakukan penerimaan dan pelepasan Tamu Ambalan.
2.      Prosesi Upacara sebagai berikut :
a.       Pembacaan Sandi Ambalan.
b.      Kata Penyambutan atau Pelepasan oleh Pembina Upacara.
c.       Pemasangan dan Pelepasan Selendang.
3.      Perlengkapan Upacara :
a.       Bendera Merah Putih
b.      Bendera WOSM
c.       Bendera Gerakan Pramuka
d.      Panji Ambalan
e.       Sandi Ambalan
f.       Pusaka Ambalan

Pasal 22
Upacara Prosesi Penegak
1.    Dilakukan saat prosesi Penegak.
2.    Proses Upacara sebagai berikut :
a.       Penyerahan calon Penegak oleh Ketua Ambalan kepada Pemangku Adat.
b.       Penyerahan berkas Penegak.
c.       Sidang Penegak.
d.       Pengujian SKU.
e.       Pencarian TKU
3.    Perlengkapan Upacara :
a.      Bendera Merah putih
b.     Bendera WOSM
c.      Bendera Gerakan Pramuka
d.     Panji Ambalan
e.      Sandi Ambalan

Pasal 23
Upacara Pelantikan Penegak dan Anggota
1.    Dilakukan saat akan dilantik menjadi Penegak.
2.    Proses Upacara Sebagai Berikut :
a.       Laporan Pemangku Adat kepada pembina tentang Calon Penegak.
b.      Kata Pendahuluan.
c.       Ulang Janji.
d.      Kata Pelantikan.
e.       Pernyataan Kesanggupan oleh Calon Anggota.
f.       Pemasangan TKU.dan slayer.
g.       Penyiraman air bunga.
3.    Perlengkapan Upacara :
a.       Bendera Merah putih
b.      Bendera WOSM
c.       Bendera Gerakan Pramuka
d.      Panji Ambalan
e.       Sandi Ambalan

Pasal 24
Upacara Pelantikan Dewan Ambalan
1.    Dilakukan pada saat Pelantikan Dewan Ambalan.
2.    Proses upacara sebagai berikut :
a.       Kata Pendahuluan Pelantikan
b.      Ulang Janji
c.       Kata Pelantikan
d.      Penyematan selendang dan tanda jabatan
e.       Penandatangan naskah pelantikan
3.    Perlengkapan Pelantikan:
a.       Bendera Merah Putih
b.      Bendera WOSM
c.       Bendera Gerakan Pramuka
d.      Panji Ambalan
e.       Sandi Ambalan
f.       Dua buah selempang Ketua Ambalan dan dua buah selempang Pemangku Adat
g.       Tertib acara pelantikan disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
h.      Dewan Ambalan yang dilantik mengenakan seragam pramuka.

Pasal 25
Upacara Pelepasan Perpisahan Warga Ambalan
1.      Dilakukan pada saat warga Ambalan telah menyelesaikan pendidikan atau telah dinyatakan Lulus Ujian Nasional di MA. Nahdlatul Ulama.
2.      Proses upacara sebagai berikut :
a.     Penjemputan dari tempat perpisahan/pengumuman kelulusan ke tempat upacara.
b.     Kata pelepasan oleh Ketua Ambalan atau yang mewakili.
4.      Perlengkapan Upacara :
a.    Bendera Merah Putih
b.    Bendera WOSM
c.    Bendera Gerakan Pramuka
d.    Panji Ambalan
e.    Sandi Ambalan

BAB VI
PENGHARGAAN

Pasal 26
Upacara Pelepasan dan penerimaan pendelegasian
1.      Dilakukan pada saat warga Ambalan akan didelegasikan ketingkat Kabupaten, Provinsi, Regional, Nasional dan Internasional.
2.      Proses Upacara sebagai berikut:
a.     Kata pelepasan oleh Pemangku Adat
b.     Penyematan Lencana Duta Ambalan
c.     Pembacaan Sandi Ambalan
3.      Perlengkapan Upacara
a.       Bendera Merah Putih
b.      Bendera WOSM
c.       Bendera Gerakan Pramuka
d.      Panji Ambalan
e.       Sandi Ambalan

Pasal 27
Tanda Penghargaan
1.      Tanda Penghargaan diberikan kepada anggota Ambalan sesuai denga kriterianya.
2.      Tanda Penghargaan berupa Bintang Tahunan, Bintang Karya Ilmiah Penegak dan Bintang Wira Karya Penegak.
3.      Penyerahan tanda penghargaan dilakukan dalam sebuah upacara resmi melalui SK Mabi atau Pembina.
4.      Usulan Penghargaan dilakukan oleh Pemangku Adat.

BAB VII
PELANGGARAN DAN TINDAKAN DISIPLIN

Pasal 28
Pelanggaran
Pelanggaran  yang dimaksud adalah hal-hal yang dilakukan warga Ambalan yang melanggar ketentuan Ambalan

Pasal 29
Tindakan Disiplin
1.    Pemangku Adat dapat memberikan peringatan berupa :
a.     Teguran  pertama dan apabila dalam jangka waktu dua minggu tidak diindahkan, maka akan diberikan teguran yang kedua.
b.    Apabila dalam jangka waktu dua minggu tidak diindahkan, maka akan diajukan Sidang komisi adat.
c.     Yang dimaksud dengan teguran pada poin (a) adalah pernyataan tertulis oleh Pemangku Adat.
2.    Dihadapkan pada Dewan Kehormatan Gudep
3.    Status Keanggotannya ditinjau ulang. Jika yang melanggar adalah Dewan Ambalan maka langsung ke ayat 2.

BAB VIII
PERMUSYAWARATAN

Pasal 30
Macam-macam Permusyawaratan
  Permusyawaratan Ambalan terdiri dari :
1.    Musyawarah Ambalan atau disingkat MUSYAMBAL.
2.    Rapat Dewan Ambalan.
3.    Sidang Adat.
4.    Sidang Penegak.
5.    Rapat Sangga Kerja atau Rapat Panitia.

Pasal 31
Musyawarah Ambalan
1.    Musyawarah Ambalan adalah Pemegang kekuasaan tertinggi di Ambalan.
2.    Dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali.
3.    Diikuti oleh seluruh warga Ambalan.

Pasal 32
Rapat Dewan Ambalan
1.      Rapat Dewan Ambalan memegang keputusan pelaksanaan program kerja dan kebijakan organisasi.
2.      Dilakukan setiap 2 bulan sekali.
3.      Dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Ambalan.

Pasal 33
Sidang Adat
4.    Merupakan pemegang keputusan tentang pelanggaran adat Ambalan.
5.    Diselenggarakan ketika  terjadi pelanggaran adat.
6.    Terdiri dari :
a.       Pembina sebagai hakim.
b.      Ketua Dewan Ambalan sebagai penasehat atau pembela.
c.       Pemangku Adat sebagai penuntut umum atau jaksa.
d.      Terdakwa adalah warga Ambalan
e.       Saksi adalah orang yang terkait Pelanggaran
4.    Sebelum dikenakan sanksi terdakwa berhak melakukan pembelaan.
5.    Jika Ketua Dewan Ambalan dan Pemangku Adat melakukan Pelanggaran maka sidang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Gudep.

Pasal 34
Sidang Penegak
1.        Diselenggarakan pada saat upacara prosesi Penegak.
2.        Sidang dipimpin oleh Pemangku Adat.
3.        Dihadiri oleh seluruh Penegak Ambalan Syekh Siti Jenar .

Pasal 35
Rapat Sangga Kerja Atau Rapat Panitia
1.    Rapat ini membahas tentang teknis pelaksanaan kegiatan.
2.    Dihadiri oleh seluruh Anggota Sangga kerja atau Kepanitiaan dan Dewan Ambalan.

Pasal 36
Rapat Koordinasi
1.    Rapat koordinasi dilakukan guna menyampaikan hasil yang perlu disampaikan oleh pengurus lain.
2.    Rapat koordinasi dilakukan jika diperlukan.

BAB IX
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 40
Adat Pergaulan Ambalan
Tata Pergaulan Ambalan senantiasa menjunjung tinggi moral  dan etika pergaulan masyarakat sesuai dengan Trisatya dan Dasa Darma Gerakan Pramuka.

Pasal 41
Sikap
Sikap pada saat pembacaan Sandi Ambalan :
1.      Untuk Putera berdiri sikap sempurna jemari tangan kanan diletakkan pada dada sebelah kiri dengan memegang ujung hasduk dan kepala menunduk.
2.      Untuk Puteri, berdiri sikap sempurna jemari kedua tangan  diletakkan pada dada dengan memegang ujung hasduk dan kepala menunduk.

Pasal 42
Renungan
1.    Renungan dilakukan untuk intropeksi diri.
2.    Renungan dilakukan jika diperlukan dan sesuai dengan kondisi.

Pasal 43
Lampiran-Lampiran
1.    Adat Ambalan dilengkapi dengan lampiran.
2.    Lampiran-lampiran dalam Adat Ambalan, merupakan bagian yang tak terpisahkan.

BAB X
ATURAN PERALIHAN

1.    Perubahan Adat Ambalan dapat dilakukan 1 tahun sekali.
2.    Perubahan Adat Ambalan hanya dapat dilakukan pada Musyawarah Ambalan.

BAB XI
PENUTUP

Pasal 44
Pelaksanaan Adat Ambalan
Adat Ambalan dilaksanakan oleh seluruh Warga Ambalan Syekh Siti Jenar.





Pasal 46
Pengesahan Adat Ambalan
Adat Ambalan ini disampaikan oleh Komisi C dan telah dimusyawarahkan oleh seluruh peserta MUSYAMBAL II dan ditetapkan dalam Musyawarah Ambalan ke II / MUSYAMBAL II


Ditetapkan di   : Sarirejo
Pada Tanggal   :                      
Pada Pukul       : 

PRESIDIUM SIDANG


Pimpinan Sidang III




_____________________
Pimpinan Sidang II


­­­­­­­­­­­

______________________
Pimpinan Sidang I




­­­­­­­­­­­­­______________


ADAT AMBALAN
SYEKH SITI JENAR
PANGKALAN MA. NAHDLATUL ULAMA
MASA BAKTI 2014-2016


PEMBUKAAN

Gugus Depan Pramuka Penegak MA. Nahdlatul Ulama dibuat berdasarkan surat keputusan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 214 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Dewan Kerja Pramuka Penegak Dan Pramuka Pandega. Tujuannya antara lain sebagai sebagai wadah pembinaan dan pengembangan kaderisasi kepemimpinan masa depan Gerakan Pramuka serta memberi kesempatan kepada Pramuka Penegak dan Pramuka Penegak untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam pengelolaan organisasi, pengembangan bakat kepemimpinan dalam rangka upaya pengembangan pribadi dan pengabdiannya kepada Gerakan Pramuka, masyarakat, bangsa dan negara. Ambalan Syekh Siti Jenar   lahir dari sebuah komitmen dan kebulatan tekad para pendirinya yang berfungsi sebagai wadah beraktifitas di bidang kepramukaan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan Kepramukaan baik kualitas maupun kuantitas.
Bahwa sesungguhnya Adat Ambalan Syekh Siti Jenar  merupakan suatu tatanan kehidupan organisasi di lingkungan Ambalan sebagai pandangan dan pola gerak anggota dengan menjalankan roda organisasi. Layaknya sebuah organisasi maka Ambalan Syekh Siti Jenar  dituntut untuk melakukan modifikasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pola umum Gerak Pramuka dan kondisi nyata yang dihadapi saat ini. Harapan yang dibangun Ambalan Syekh Siti Jenar  adalah terciptanya insan yang mampu bersaing di tengah era kompetisi global, serta senantiasa secara sukarela mengembangkan Gerakan Pramuka di lingkungannya. Dalam Penentuan tatanan organisasi  yang mantap maka diperlukan suatu format ideal bagi perkembangan Ambalan Syekh Siti Jenar , yang penjabarannya adalah sebagai berikut :

BAB I
PENGERTIAN, MAKSUD, TUJUAN DAN FUNGSI
Pasal 1
Pengertian
1.        Adat Ambalan Syekh Siti Jenar  adalah seperangkat aturan yang merupakan ciri khusus Ambalan sebagai suatu usaha untuk mengatur eksistensinya dalam lingkungan Gugus Depan Pramuka Pangkalan MA. Nahdlatul Ulama.
2.        Adat Ambalan adalah seperangkat aturan yang bersifat khusus guna mengatur tata kehidupan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1.

Pasal 2
Maksud
Maksud Adat Ambalan adalah sebagai kerangka acuan pola dan tingkah laku warga Ambalan dalam menjalani aktifitas di Ambalan serta sebagai acuan sikap di Ambalan.

Pasal 3
Tujuan
Adat Ambalan bertujuan untuk tercapainya kesinambungan kinerja dalam rangka pembinaan dan pengembangan Ambalan.

Pasal 4
Fungsi
Adat Ambalan berfungsi :
1.      Identitas dari Ambalan Syekh Siti Jenar  MA. Nahdlatul Ulama.
2.      Alat untuk mempererat warga Ambalan Syekh Siti Jenar MA. Nahdlatul Ulama dengan dilandasi semangat kekeluargaan yang mengarah kepada pembinaan dan pengembangan Ambalan Syekh Siti Jenar MA. Nahdlatul Ulama.
3.      Alat yang mengatur tata kehidupan warga Ambalan yang bersifat mengikat.
4.      Alat untuk mewujudkan aspirasi anggota Ambalan dalam usaha menggalang persatuan dan yang mengarah pada disiplin dan kepribadian.

BAB II
KELENGKAPAN ADAT
Pasal 5
Nama
Nama Ambalan adalah AMBALAN SYEKH SITI JENAR

Pasal 6
Lambang Ambalan
1.      Lambang Ambalan adalah tanda yang menunjukan keberadaan-keberadaan Penegak yang berpangkalan di SMAN 1 Kotapadang.
2.      Lambang Ambalan Syekh Siti Jenar  adalah Lambang Bambu yang tertancap di Bumi yang dilingkari dengan gerigi yang diluarnya terdapat dua buah tunas kelapa yang dilindungi oleh sebuah perisai yang besayap.
3.      Bentuk, isi, Warna, dan arti lambang Ambalan terlampir dalam Adat Ambalan.

Pasal 7
Panji Ambalan
1.    Panji Ambalan berbentuk bendera kain satin berumbai kuning dengan simbol Lambang Ambalan dengan warna dasar hijau.
2.    Perbandingan Panji Ambalan adalah 120 X 80 cm.
3.    Panji Ambalan digunakan pada saat upacara resmi Ambalan.
4.    Perbandingan panjang dan lebar panji Ambalan adalah 3 : 2

Pasal 8
Pusaka Ambalan
1.      Pusaka Ambalan adalah simbol kekuatan Ambalan.
2.      Pusaka Ambalan digunakan oleh pemangku adat saat upacara Penerimaan dan Pelepasan tamu Ambalan.
3.      Pusaka Ambalan berupa Bambu Runcing.
4.      Bambu Runcing adalah senjata khas daerah Surabaya yang tumbuh subur dilingkungan Madrasah.

Pasal 9
Sandi Ambalan
1.    Sandi Ambalan adalah Pandangan hidup yang menyangkut prilaku warga Ambalan.
2.    Nama sandi Ambalan adalah “SANDI AMBALAN SYEKH SITI JENAR ”.
3.    Fungsinya adalah sebagai motivator, introspeksi diri dan penyatuan dengan hati nurani.
4.    Sikap dalam membaca sandi Ambalan diatur dalam aturan tambahan.
5.    Sandi Ambalan digunakan pada setiap upacara yang dilakukan oleh Ambalan.
6.    Teks Sandi Ambalan terlampir dalam Adat Ambalan.

Pasal 10
Amsal Ambalan
1.      Amsal adalah moto yang merupakan tuntunan sikap untuk setiap Anggota Ambalan.
2.      Amsal diucapkan bersama-sama pada akhir pembacaan Sandi Ambalan Syekh Siti Jenar .
3.      Kalimat Amsal Ambalan adalah “IKHLAS BHAKTI BINA BANGSA BERBUDI BAWA LAKSANA”.

Pasal 11
Tanda Jabatan
1.    Tanda Jabatan Dewan disesuaikan dengan keputusan Kwarnas.
2.    Selempang digunakan oleh Ketua Ambalan dan Pemangku Adat.
a.       Selempang yang digunakan ketua Ambalan berwarna kuning dengan rumbai-rumbai kuning dengan tulisan ketua Ambalan.
b.      Selempang yang digunakan Pemangku Adat berwarna Biru berumbai kuning dengan tulisan Pemangku Adat.

Pasal 12
Pakaian
1.    Pakaian Ambalan terdiri dari :
a.       Seragam Pramuka.
b.       Pakaian Lapangan.
2.    Pakaian Lapangan berupa kaos Ambalan dan atau Scraf Ambalan.

Pasal 13
Atribut
1.      Atribut Ambalan adalah kelengkapan yang merupakan ciri khas Ambalan.
2.      Apabila menggunakan seragam Pramuka maka atribut yang menunjukan ciri Ambalan terdiri dari: Nomor Gudep dan Lambang Ambalan.
3.      Apabila menggunakan pakaian Lapangan maka atribut yang menunjukan ciri Ambalan adalah kaos Ambalan dan atau Slayer.
4.      Lambang Ambalan dikenakan pada lengan baju sebelah kiri.
5.      Nomor Gudep berbentuk segi empat berukuran 2 X 3.5 cm berwarna dasar putih dengan tulisan merah dikenakan pada lengan baju sebelah kanan diantara pita lokasi Jawa Timur dan badge Daerah Lamongan.
6.      Atribut Ambalan hanya di pakai oleh anggota Ambalan.

BAB III
KEANGGOTAAN

Pasal 14
Warga Ambalan
Warga Ambalan terdiri dari Tamu Ambalan, Calon Anggota, dan Anggota Ambalan yang aktif.

Pasal 15
Tamu Ambalan
1.      Anggota Pramuka yang berasal dari siswa/siswi MA. Nahdlatul Ulama yang mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Ambalan Syekh Siti Jenar dan atau tamu berkunjung secara resmi ke Ambalan Syekh Siti Jenar .
2.      Peserta didik yang berusia Penegak atau siswa MA. Nahdlatul Ulama yang ingin dan siap menjadi anggota Ambalan Syekh Siti Jenar .

Pasal 16
Calon Anggota
Calon Anggota adalah tamu Ambalan yang mengikuti proses keanggotaan di Ambalan Syekh Siti Jenar dan belum dilantik menjadi Penegak.

Pasal 17
Anggota Ambalan
1.      Anggota Ambalan adalah Calon Anggota yang telah memenuhi persyaratan golongan Penegak dan atau masih menjadi Siswa.
2.      Persyaratan Anggota Ambalan terdiri dari :
a.       Tidak merangkap anggota Gudep lain.
b.      Mengikuti Orientasi Tamu Ambalan
c.       Telah mengikuti dan dinyatakan lulus Masa Orientasi Siswa (MOS).
d.      Memenuhi SKU golongan Penegak.
e.       Mengikuti Prosesi Anggota.
f.       Sudah dilantik menjadi Penegak.
3.      Untuk Anggota Ambalan yang telah melewati usia Penegak maka disebut purna Ambalan.

BAB IV
KEPENGURUSAN

Pasal 18
Dewan Ambalan
1.      Dewan Ambalan adalah  Anggota Ambalan yang memenuhi persyaratan Dewan Ambalan dan dilantik menjadi Dewan Ambalan.
2.      Persyaratan Dewan Ambalan :
a.       Anggota Ambalan yang aktif.
b.      Ketua Dewan Ambalan tidak menjabat sebagai ketua pada organisasi lain di lingkungan MA. Nahdlatul Ulamadibuktikan dengan surat pernyataan.
c.       Menyatakan kesediaan secara tertulis dan secara lisan.
d.      Sehat jasmani dan rohani.

Pasal 19
Pemangku Adat
1.      Pemangku Adat adalah orang yang bertanggung jawab pada pelaksana Adat Ambalan yang berkoordinasi dengan Ketua Ambalan yang menyangkut operasional Ambalan.
2.      Persyaratan Pemangku Adat :
a.       Terdaftar aktif sebagai peserta Musyawarah Ambalan II (MUSYAMBAL II)
b.       Anggota Ambalan yang aktif selama minimal 1 tahun
c.       Tidak melanggar Adat
d.       Mencalonkan diri dan atau dicalonkan peserta MUSYAMBAL II
e.       Menyatakan kesediaan secara lisan untuk dicalonkan menjadi Pemangku Adat
f.        Menyampaikan Visi dan Misi di depan peserta MUSYAMBAL II
g.       Terdaftar sebagai Siswa MA. Nahdlatul Ulama

BAB V
UPACARA-UPACARA

Pasal 20
Upacara Adat Ambalan
Upacara –upacara Adat Ambalan terdiri dari :
1.      Upacara Penerimaan dan Pelepasan Tamu Ambalan.
2.      Upacara Prosesi Penegak.
3.      Upacara Pelantikan Penegak.
4.      Upacara Pelantikan Dewan Ambalan.
5.      Upacara Pelepasan Perpisahan Warga Ambalan.
6.      Upacara Pemberian tanda penghargaan
7.      Upacara Pelantikan Anggota.
8.      Upacara Pelepasan dan Penerimaan Delegasi

Pasal 21
Upacara Penerimaan dan Pelepasan Tamu Ambalan
1.      Dilakukan saat akan melakukan penerimaan dan pelepasan Tamu Ambalan.
2.      Prosesi Upacara sebagai berikut :
a.       Pembacaan Sandi Ambalan.
b.      Kata Penyambutan atau Pelepasan oleh Pembina Upacara.
c.       Pemasangan dan Pelepasan Selendang.
3.      Perlengkapan Upacara :
a.       Bendera Merah Putih
b.      Bendera WOSM
c.       Bendera Gerakan Pramuka
d.      Panji Ambalan
e.       Sandi Ambalan
f.       Pusaka Ambalan

Pasal 22
Upacara Prosesi Penegak
1.    Dilakukan saat prosesi Penegak.
2.    Proses Upacara sebagai berikut :
a.       Penyerahan calon Penegak oleh Ketua Ambalan kepada Pemangku Adat.
b.       Penyerahan berkas Penegak.
c.       Sidang Penegak.
d.       Pengujian SKU.
e.       Pencarian TKU
3.    Perlengkapan Upacara :
a.      Bendera Merah putih
b.     Bendera WOSM
c.      Bendera Gerakan Pramuka
d.     Panji Ambalan
e.      Sandi Ambalan

Pasal 23
Upacara Pelantikan Penegak dan Anggota
1.    Dilakukan saat akan dilantik menjadi Penegak.
2.    Proses Upacara Sebagai Berikut :
a.       Laporan Pemangku Adat kepada pembina tentang Calon Penegak.
b.      Kata Pendahuluan.
c.       Ulang Janji.
d.      Kata Pelantikan.
e.       Pernyataan Kesanggupan oleh Calon Anggota.
f.       Pemasangan TKU.dan slayer.
g.       Penyiraman air bunga.
3.    Perlengkapan Upacara :
a.       Bendera Merah putih
b.      Bendera WOSM
c.       Bendera Gerakan Pramuka
d.      Panji Ambalan
e.       Sandi Ambalan

Pasal 24
Upacara Pelantikan Dewan Ambalan
1.    Dilakukan pada saat Pelantikan Dewan Ambalan.
2.    Proses upacara sebagai berikut :
a.       Kata Pendahuluan Pelantikan
b.      Ulang Janji
c.       Kata Pelantikan
d.      Penyematan selendang dan tanda jabatan
e.       Penandatangan naskah pelantikan
3.    Perlengkapan Pelantikan:
a.       Bendera Merah Putih
b.      Bendera WOSM
c.       Bendera Gerakan Pramuka
d.      Panji Ambalan
e.       Sandi Ambalan
f.       Dua buah selempang Ketua Ambalan dan dua buah selempang Pemangku Adat
g.       Tertib acara pelantikan disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
h.      Dewan Ambalan yang dilantik mengenakan seragam pramuka.

Pasal 25
Upacara Pelepasan Perpisahan Warga Ambalan
1.      Dilakukan pada saat warga Ambalan telah menyelesaikan pendidikan atau telah dinyatakan Lulus Ujian Nasional di MA. Nahdlatul Ulama.
2.      Proses upacara sebagai berikut :
a.     Penjemputan dari tempat perpisahan/pengumuman kelulusan ke tempat upacara.
b.     Kata pelepasan oleh Ketua Ambalan atau yang mewakili.
4.      Perlengkapan Upacara :
a.    Bendera Merah Putih
b.    Bendera WOSM
c.    Bendera Gerakan Pramuka
d.    Panji Ambalan
e.    Sandi Ambalan

BAB VI
PENGHARGAAN

Pasal 26
Upacara Pelepasan dan penerimaan pendelegasian
1.      Dilakukan pada saat warga Ambalan akan didelegasikan ketingkat Kabupaten, Provinsi, Regional, Nasional dan Internasional.
2.      Proses Upacara sebagai berikut:
a.     Kata pelepasan oleh Pemangku Adat
b.     Penyematan Lencana Duta Ambalan
c.     Pembacaan Sandi Ambalan
3.      Perlengkapan Upacara
a.       Bendera Merah Putih
b.      Bendera WOSM
c.       Bendera Gerakan Pramuka
d.      Panji Ambalan
e.       Sandi Ambalan

Pasal 27
Tanda Penghargaan
1.      Tanda Penghargaan diberikan kepada anggota Ambalan sesuai denga kriterianya.
2.      Tanda Penghargaan berupa Bintang Tahunan, Bintang Karya Ilmiah Penegak dan Bintang Wira Karya Penegak.
3.      Penyerahan tanda penghargaan dilakukan dalam sebuah upacara resmi melalui SK Mabi atau Pembina.
4.      Usulan Penghargaan dilakukan oleh Pemangku Adat.

BAB VII
PELANGGARAN DAN TINDAKAN DISIPLIN

Pasal 28
Pelanggaran
Pelanggaran  yang dimaksud adalah hal-hal yang dilakukan warga Ambalan yang melanggar ketentuan Ambalan

Pasal 29
Tindakan Disiplin
1.    Pemangku Adat dapat memberikan peringatan berupa :
a.     Teguran  pertama dan apabila dalam jangka waktu dua minggu tidak diindahkan, maka akan diberikan teguran yang kedua.
b.    Apabila dalam jangka waktu dua minggu tidak diindahkan, maka akan diajukan Sidang komisi adat.
c.     Yang dimaksud dengan teguran pada poin (a) adalah pernyataan tertulis oleh Pemangku Adat.
2.    Dihadapkan pada Dewan Kehormatan Gudep
3.    Status Keanggotannya ditinjau ulang. Jika yang melanggar adalah Dewan Ambalan maka langsung ke ayat 2.

BAB VIII
PERMUSYAWARATAN

Pasal 30
Macam-macam Permusyawaratan
  Permusyawaratan Ambalan terdiri dari :
1.    Musyawarah Ambalan atau disingkat MUSYAMBAL.
2.    Rapat Dewan Ambalan.
3.    Sidang Adat.
4.    Sidang Penegak.
5.    Rapat Sangga Kerja atau Rapat Panitia.

Pasal 31
Musyawarah Ambalan
1.    Musyawarah Ambalan adalah Pemegang kekuasaan tertinggi di Ambalan.
2.    Dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali.
3.    Diikuti oleh seluruh warga Ambalan.

Pasal 32
Rapat Dewan Ambalan
1.      Rapat Dewan Ambalan memegang keputusan pelaksanaan program kerja dan kebijakan organisasi.
2.      Dilakukan setiap 2 bulan sekali.
3.      Dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Ambalan.

Pasal 33
Sidang Adat
4.    Merupakan pemegang keputusan tentang pelanggaran adat Ambalan.
5.    Diselenggarakan ketika  terjadi pelanggaran adat.
6.    Terdiri dari :
a.       Pembina sebagai hakim.
b.      Ketua Dewan Ambalan sebagai penasehat atau pembela.
c.       Pemangku Adat sebagai penuntut umum atau jaksa.
d.      Terdakwa adalah warga Ambalan
e.       Saksi adalah orang yang terkait Pelanggaran
4.    Sebelum dikenakan sanksi terdakwa berhak melakukan pembelaan.
5.    Jika Ketua Dewan Ambalan dan Pemangku Adat melakukan Pelanggaran maka sidang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Gudep.

Pasal 34
Sidang Penegak
1.        Diselenggarakan pada saat upacara prosesi Penegak.
2.        Sidang dipimpin oleh Pemangku Adat.
3.        Dihadiri oleh seluruh Penegak Ambalan Syekh Siti Jenar .

Pasal 35
Rapat Sangga Kerja Atau Rapat Panitia
1.    Rapat ini membahas tentang teknis pelaksanaan kegiatan.
2.    Dihadiri oleh seluruh Anggota Sangga kerja atau Kepanitiaan dan Dewan Ambalan.

Pasal 36
Rapat Koordinasi
1.    Rapat koordinasi dilakukan guna menyampaikan hasil yang perlu disampaikan oleh pengurus lain.
2.    Rapat koordinasi dilakukan jika diperlukan.

BAB IX
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 40
Adat Pergaulan Ambalan
Tata Pergaulan Ambalan senantiasa menjunjung tinggi moral  dan etika pergaulan masyarakat sesuai dengan Trisatya dan Dasa Darma Gerakan Pramuka.

Pasal 41
Sikap
Sikap pada saat pembacaan Sandi Ambalan :
1.      Untuk Putera berdiri sikap sempurna jemari tangan kanan diletakkan pada dada sebelah kiri dengan memegang ujung hasduk dan kepala menunduk.
2.      Untuk Puteri, berdiri sikap sempurna jemari kedua tangan  diletakkan pada dada dengan memegang ujung hasduk dan kepala menunduk.

Pasal 42
Renungan
1.    Renungan dilakukan untuk intropeksi diri.
2.    Renungan dilakukan jika diperlukan dan sesuai dengan kondisi.

Pasal 43
Lampiran-Lampiran
1.    Adat Ambalan dilengkapi dengan lampiran.
2.    Lampiran-lampiran dalam Adat Ambalan, merupakan bagian yang tak terpisahkan.

BAB X
ATURAN PERALIHAN

1.    Perubahan Adat Ambalan dapat dilakukan 1 tahun sekali.
2.    Perubahan Adat Ambalan hanya dapat dilakukan pada Musyawarah Ambalan.

BAB XI
PENUTUP

Pasal 44
Pelaksanaan Adat Ambalan
Adat Ambalan dilaksanakan oleh seluruh Warga Ambalan Syekh Siti Jenar.





Pasal 46
Pengesahan Adat Ambalan
Adat Ambalan ini disampaikan oleh Komisi C dan telah dimusyawarahkan oleh seluruh peserta MUSYAMBAL II dan ditetapkan dalam Musyawarah Ambalan ke II / MUSYAMBAL II


Ditetapkan di   : Sarirejo
Pada Tanggal   :                      
Pada Pukul       : 

PRESIDIUM SIDANG


Pimpinan Sidang III




_____________________
Pimpinan Sidang II


­­­­­­­­­­­

______________________
Pimpinan Sidang I




­­­­­­­­­­­­­______________

No comments:

Post a Comment